AdaBerita24.com, Medan. –Empat pakar dengan bidang kajian spesifik mengupas tentang berbagai potensi dan pokok permasalahan di Kaldera Toba, Selasa (25/2/2025) di Aula Pascasarjana Poltekpar Medan. Masing-masing adalah Dr Ir Budi Sinulingga, MSi, Prof Dr Reg Nat Binari Manurung, MSi, Prof Dr Ibrahim Gultom, MPd, dan Dr Said Muzambiq, MSi.

Keempatnya memaparkan pandangannya berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengalaman mereka dalam forum group discussion (FGD) yang diselenggarakan Badan Pengelola Toba Caldera Global Geopark (BP TC-UGGp) Provinsi Sumatera Utara untuk memberikan masukan dan pembobotan terhadap form revalidasi yang telah diselesaikan manajemen TC-UGGp sebelum diserahkan ke Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) di Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Budi Sinulingga yang memiliki pengalaman panjang dalam birokrasi menyoroti titik lemah dan tantangan kelembagaan BP TC-UGGp yang menurutnya masih belum terlalu kuat dan mandiri dalam sistem koordinasi maupun cara penganggaran operasionalnya. Untuk mengatasi tantangan itu, dia menyarankan, lembaga ini menggunakan pendekatan personal untuk merangkul dinas-dinas terkait dan terutama pemerintah daerah di 7 kabupaten. “Apabila tidak, maka dikuatirkan BP TC-UGGp akan terbatas ruang geraknya dan lebih banyak berurusan dengan administrasi kedinasan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan program kerja, serta tidak mendapatkan dukungan yang diharapkan dari pemerintah kabupaten,” ujar Sinulingga.

Prof Binari Manurung memaparkan berbagai karakteristik keanekaragaman hayati di Kaldera Toba yang masih membuka peluang untuk berbagai temuan ilmiah dari kajian biologi. Dia menyebut, jenis unggas, serangga, ikan, dan vegetasi lapisan dasar di atas tanah kaldera ini sangat unik, dan masih memerlukan identifikasi dan inventarisasi lanjutan secara ilmiah untuk mendukung keanggotaan Kaldera Toba dalam UNESCO Global Geopark. “Dasar penetapan suatu geopark adalah pada keunikan-keunikannya. Maka, identifikasi dan informasi mengenai keunikan hayati di Kaldera Toba perlu terus diperkuat agar posisinya makin baik, dan agar masyarakatnya teredukasi tentang keistimewaan lingkungan hidupnya sendiri,” ungkap Binari.

Prof Ibrahim Gultom menyoroti perlunya aktivitas penelusuran kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan lokal dan pengalaman panjang yang membentuk kebudayaan kaldera, agar ditemukan suatu ketahanan budaya yang dapat menjamin kelestarian dan keberlanjutan lingkungan kaldera oleh masyarakat pendukungnya. “Kita dapat menemukan itu dalam bentuk gagasan, aktivitas, dan benda (wujud) kebudayaan mereka. Setiap masyarakat pastilah telah menemukan suatu cara agar mereka dapat hidup selaras dengan lingkungannya, yang membuat mereka dapat bertahan demikian lama di tengah lingkungan budayanya,” kata penulis buku Agama Malim ini.

Panel FGD itu kemudian ditutup dengan paparan Dr Said Muzambiq tentang peristiwa tektonik dan vulkanik yang mendahului terbentuknya bentang alam Kaldera Toba. Dia menunjukkan berbagai bukti penting yang menjadi kunci masuk terhadap nilai keluarbiasaan Kaldera Toba dan menjelaskan proses terbentuknya berbagai jenis bebatuan dan lapisan bumi yang tersingkap di berbagai permukaan kaldera. “Berbagai fosil penting yang ditemukan di lapisan bebatuan memberikan kita informasi yang mengejutkan. Sebagai contoh, kita telah melihat di dinding batuan Kaldera Toba, fosil kerang yang sama dengan kerang-kerangan di pesisir Pantai Timur. Ini memberitahu kita bahwa dataran tinggi Toba dahulunya adalah dasar laut. Ini sesuatu yang luar biasa untuk dijadikan sebagai story telling,” urainya.

Sebelum pemaparan para panelis, GM TC-UGGp, Dr Azizul Kholis, lebih dahulu memberikan penjelasan umum mengenai tahapan dan proses kerja lembaga yang dipimpinnya dalam konteks pemenuhan rekomendasi UNESCO Global Geopark.

FGD sendiri dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara, Dr Zumri Sulthony. Selepas menyampaikan kata sambutannya, Zumri bersama Direktur Marketing BP-ODT, Dito, dan perwakilan dari Poltekpar Medan, menerima bibit tanaman langka yang dihadiahkan Yayasan Mambang Bumi Selaras (MBS), salah satu mitra strategis yang menandatangani MoU dengan BP TC-UGGp. Tiga bibit langka (mesoyii, nam nam, dan boni) diserahkan oleh GM TC-UGGp Azizul Kholis dan Ketua Yayasan Mambang Bumi Selaras Solihin Nasution.

Selain FGD, kegiatan ini juga didahului dengan penandatanganan MoU bersama sejumlah mitra strategis baru BP TC-UGGp, menyusul penandatanganan MoU sebelumnya dengan puluhan mitra strategis yang memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam misi dan program pengelolaan Kaldera Toba, baik di bidang edukasi, konservasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. (*)

Reporter : Panut

Editor : Fajat Trihatya

Berita Terkait