AdaBerita24.com, Medan. ~Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU) Azhari AM Sinik tidak merasa kaget dengan dukungan yang diberikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kepada Bobby Nasution di Pilgub Sumatera Utara (Sumut). Sinik menyebutkan, masyarakat sudah pintar memilih siapa pemimpin terbaik di provinsi berpenduduk 13 juta jiwa ini.

“Kita tidak kaget dengan dukungan kepada Bobby, tapi hal ini justru di lain pihak akan memberi semangat kepada Ayah Eddy Rahmayadi dan masyarakat Sumut untuk terus berpacu dan berjuang secara maksimal,” kata Sinik kepada Waspada di Medan, Sabtu (3/8).

Sinik merespon rekomendasi PKS kepada Bobby yang diserahkan langsung Presiden PKS Ahmad Syaikhu, di kantor DPP PKS, di Jakarta,Jumat sore.

Dengan dukungan itu, Bobby sudah mengantongi restu 8 partai yakni yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, Gerindra, Nasdem, Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan terakhir PKS. Sejauh ini, dukungan terhadap Edy Rahmayadi yang juga Gubsu periode 2018-2023 hanya tersisa pada satu partai besar lagi, yakni PDI-P.

Menyikapi hal itu, Sinik berpendapat, dukungan terhadap Bobby mencerminkan bahwa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 Nopember 2024 semakin dinamis.

“Tentu ini semakin dinamis, dan menjadi kesempatan terutama buat Ayah Edy untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin kharismatik, mengayomi dan punya rekam jejak yang baik,” kata Sinik.

Selain itu, lanjut Sinik, ini memberikan pemahaman yang nyata bagi masyarakat pemilih untuk menentukan sikap dan memilih siapa sosok terbaik mereka.

Ayah Eddy Lebih Terkenal

Berdasarkan jajak pendapat dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkap, tingkat keterkenalan mantan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mencapai 90,9%. Proporsi ini paling tinggi dari seluruh tokoh yang masuk bursa bakal calon gubernur Sumut untuk Pilkada 2024.

Berbeda dengan Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang eksistensinya diketahui 88,4% responden. Namun, tingkat kesukaan terhadap menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu tembus 88,4%.

Artinya, Bobby lebih disukai oleh warga Sumut, tetapi kalah populer dengan Edy Rahmayadi. Direktur LSI, Djayadi Hanan, menyebut bahwa meski keduanya sudah tergolong populer, tetapi berbeda tingkat penerimaannya.

Disebut Bobby lebih unggul, karena tingkat akseptabilitas Bobby lebih tinggi dibandingkan tingkat akseptabilitas Edy Rahmayadi.

Meski berbekal survei, Sinik menegaskan, bukan hanya di atas kertas dan cakap-cakap, Edy Rahmayadi dielukan di hampir sebagian seluruh kabupaten/kota yang dikunjunginya selama beberapa bulan terakhir.

Dielukan karena Edy berangkat dari niat, sehingga tidak heran sebagian masyarakat mendambakannya maju menjadi Gubsu periode 2024-2029.

“Kita lihat juga dalam berbagai kesempatan, Ayah Edy mengatakan, tidak pernah bermimpi jadi Pangdam I/BB, Pangkostrad, apalagi Gubsu. Tapi Allah berkehendak lain. Allah membuktikan sosok Edy, yang semasa kecil hidup susah, dan selalu membantu orangtuanya menjual kue, akhirnya Alhamdulillah diberi amanah memegang ketiga jabatan tersebut dan berhasil dijalaninya secara baik,” imbuh Sinik.

Tak heran dukungan terhadap Ayah Edy mengalir deras, dari berbagai golongan, mulai kaum milenial, generasi muda, intelektual, artis, para purnawirawan, jamaah Thariqoh, ibu-ibu pengajian, pemuka agama, hingga kalangan advokat secara suka rela siap membantu Ayah Edy Rahmayadi jadi Gubsu.

Hal itu mereka buktikan dalam serangkaian pertemuan, silaturahmi secara continue, dengan harapan lahir peimpimpin yang benar-benar memimpin Sumut, dengan tekad mensejahterakan, dengan tagline yang pernah digaungkannya Menuju Sumut Lebih Bermartabat.

“Ini bukti nyata bahkan Ayah Edy difavoritkan memimpin Sumut lima tahun ke depan. Ini harus jadi semangat dan pemacu bagi Ayah Edy untuk terus berjuang secara maksimal, meski yang dihadapinya adalah Bobby bersama 8 partai gemuk dan punya finansial yang lebih dari cukup, tapi rakyat yang memilih. Semangat terus Ayah Edy,” pungkas Sinik.

Alasan lain lanjut Sinik, di era peralihan kekuasaan, dengan terpilihnya Prabowo Subianto – Gibran Raka Buming Raka jadi Presiden RI 2024-2029, masyarakat telah mengalami apa yang disebut “luka politik” yang dalam. Seakan masyarakat dipaksa memilih pemimpin dengan praktik-praktik memaksakan kehendak, curang dan politik bagi-bagi uang dari para oligarki yang haus kekuasaan.

“Saya kira masyarakat sudah sadar betul apa yang terjadi, dan saya pikir mereka tidak mau terjerumus ke lubang luka yang lama, dan tak mau kehilangan masa depan bangsa dan negara,” imbuhnya. (Wd)

Berita Terkait